Halaman

Waktu, Ladang Kehidupan Kita

Malam sudah larut, namun mata Bondan susah di pejamkan, hatinya terusik dengan masa laluya, kenangan –kenangan setahun silam, Bondan merasakan waktu yang dia lalui lewat begitu saja
dan kurang berarti

Kegelisahan bondan pada cerita di atas sangatlah wajar, sebab waktu sangat berharga, sedetik waktu adalah harta yang paling berharga yang kita miliki. Bila kita berfikir mendalam Allah menganugrahkan waktu kepada kita secara gratis dan merata kepada setiap orang,apakah dia kaya atau miskin, penjahat atau orang shalih, semua mendapat jatah tabungan waktu yang sama,yaitu 24 jam atau 1440 menit setiap hari,tergantung bagaimana seseorang memanfaatkan tabungannya tersebut.

Sederhana saja, apa yang shobat lakukan seandainya 30 hari lagi shobat meninggal ? .apa prioritas yang shobat lakukan ? apa prioritas yang akan shobat lakukan untuk memanfaatkan waktu 30 hari tersebut ? Abil lah kertas kemudian cobalah untuk mencatat prioritas tersebut kemudian ujilah dengan mata hati yang paling dalam, benarkah urutannya ? renungkan dengan sangat mendalam semua yang anda tulis, dan anda akan memperoleh sesuatu yang sangat berharga, yaitu kebermaknaan hidup.
Kok bisa demikian ? ya…, karena waktu adalah gelas kosong, bergantung pada kita yang mengisinya, dan bagaikan kanfas tergantung kita mau menggambar apa ?

Waktu adalah aset ilahiyah yang sangat berharga, merupakan ladang subur yang membutuhkan ilmu dan amal untuk diolah dan dipetik hasilnya pada waktu lain.

Dalam al-Qur'an telah di sebutkan Wal ashr yang artinya Demi masa. Menurut para mufassir, wawu pada ayat diatas adalah wawu sumpah (Qosam). Sumpah tersebut mengindikan bahwa waktu begitu penting dan  sangat berharga, sehingga Allah bersumpah untuk meyakinkan hambaNya. Oleh sebab itu beruntunglah orang yang memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan amat merugi orang-orang yang menyia-nyiakan waktunya dengan hal yang tidak berguna.

Oleh sebab itu setiap pribadi muslim harus sadar bahwa waktu adalah ladang kehidupan, kewajiban kita adalah menebar benih kebaikan sehingga kemudian kita memetik hasilnya kelak. Dan bila kita menanam kemalasan, maka kita akan memetik kebodohan dan kemiskinan.